universitas gunadarma

universitas gunadarma

Jumat, 03 Juni 2011

kisah mualaf

dapun yang berkaitan dengan bulan Sabit, Islam seolah mengelu-elukan bulan-bintang, dan terkontaminasi dengan faham mereka yang menyembah bulan. Habib Rizieq menjelaskan lebih jauh. Pada dasarnya Islam mengajarkan umatnya utuk memuliakan seluruh makhluk ciptaan Allah, apakah matahari, bulan, bumi ataupun bintang. Jadi tidak ada yang mewajibkan umat Islam menggunakan lambang berbentuk bulan. “Buktinya, anda bisa lihat sendiri, salah satu organisasi terbesar di Indonesia, seperti Muhammdiyah lambangnya tidak menggunakan bulan, tapi matahari. Begitu juga identitas FPl yang saya pimpin, tidak menggunakan bulan, tapi bintang dan tasbih. NU pun demikian, yang dipakai bukan bulan, tapi bumi dan bintang sembilan.”
Jadi tidak ada dalil yang mengkhususkan bahwa umat Islam selalu identik dengan bulan. Artinya, kalau ada masjid tanpa ada simbol bulan dan bintang pun tetap berfungsi sebagai masjid, “Islam sendiri, tidak terpaku dengan lambang-lambang ataupun simbol-simbol. Kalaupun diperlukan, itu hanya sebatas identitas diri, bukan tujuan untuk mengkultus, menyembah, apalagi sampai mengkontaminasi dengan pemikiran-pemikiran dan peng ajaran-pengajaran paganisme (keberhalaan).”
“Nah, kalau saja ada umat Islam menyembah bulan, demi Allah orang itu sudah mempersekutukan Allah dengan bulan. Itu artinya, orang itu sudah murtad, kafir dan keluar dari Islam,” tandas Habib tegas. (Amanah)
————————–
Bulan dan bintang menjadi identik sebagai simbol islam baru pada beberapa abad terakhir, yaitu karena bulan-bintang dipilih menjadi lambang dalam bendera kerajaan turki-usmani yang merupakan kerajaan islam terbesar di abad modern (tahun 1300 – 1924). Karena pengaruh kerajaan turki-usmani tersebar ke seluruh dunia islam maka lambang bulan-bintang pun menjadi identik dengan umat islam sampai sekarang ini.
wallahualam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar